Rabu, 28 Januari 2015

PERNGERTIAN KEBUDAYAAN Kjokkenmoddinger DAN Perkembangan Budaya Bacson Hoabinh

PERNGERTIAN KEBUDAYAAN ‘Kjokkenmoddinger’ DAN ‘Perkembangan Budaya Bacson Hoabinh


*Kebudayaan Kjokkenmoddinger
Kjokkenmoddinger istilah dari bahasa Denmark, kjokken berarti dapur dan modding dapat  diartikan sampah  (kjokkenmoddinger = sampah  dapur). Dalam kaitannya  dengan budaya manusia, kjokkenmoddinger merupakan tumpukan timbunan kulit siput dan kerang yang menggunung di sepanjang pantai Sumatra Timur antara  Langsa di Aceh sampai  Medan.  Dengan  kjokkenmoddinger ini dapat memberi informasi bahwa manusia purba    zaman    mesolitikum umumnya bertempat tinggal di tepi pantai.  Pada tahun  1925 Von Stein Callenfals melakukan  penelitian di bukit kerang  itu dan menemukan jenis kapak genggam (chopper)  yang  berbeda dari  chopper  yang  ada di zaman paleolitikum. Kapak genggam yang ditemukan di bukit kerang di pantai Sumatra Timur ini diberi nama  pebble  atau  lebih dikenal dengan Kapak  Sumatra.   Kapak  jenis  pebble   ini terbuat dari  batu  kali yang  pecah,  sisi luarnya  dibiarkan begitu saja dan sisi bagian dalam dikerjakan sesuai dengan  keperluannya. Di  samping   kapak   jenis pebble  juga  ditemukan jenis kapak  pendek  dan jenis batu  pipisan  (batu-batu alat  penggiling).  Di Jawa batu  pipisan ini umumnya  untuk menumbuk dan menghaluskan jamu.

* Perkembangan Budaya Bacson Hoabinh
Kebudayaan neolith dari Bacson dan Hoa-Bihn ini sisa-sisanya banyak dijumpaidalam bentuk kapak lonjong dan kapak persegi,
 pebble
(kapak Sumatera) dan kapakgenggam, termasuk juga dalam bentuk perhiasan-perhiasan dari jenis batu indah.Kebudayaan ini oleh Madame Madeleine Colani, seorang ahli prasejarah Perancisdinamakan kebudayaan Bacson Hoa-Bihn. 

Disebut demikian karena pusatperkembangannya terutama di daerah Bacson-Hoa-Bihn, Tonkin, Vietnam. Penyelidikanmenunjukkan bahwa di daerah tersebut diduga merupakan pusat kebudayaan hidupmenetap (Mesolitikum) Asia Tenggara, dan dari situ tersebar ke berbagai jurusan.Kecuali hasil kebudayaan, banyak pula ditemukan tulang-belulang manusia.Ternyata bahwa pada waktu itu Tonkin didiami terutama oleh dua golongan bangsa,yakni jenis ras Papua Melanesoid dan jenis ras Europaeid. Disamping itu, ada pula rasMongoloid dan Austroloid. Ras Papua Melanesoid ini mempunyai penyebaran yangpaling luas di daerah selatan, yakni di Hindia Belakang, Nusantara, sampai di pulau-pulau Lautan Teduh. Bangsa inilah yang berkebudayaan alat-alat Mesolitikum yang belum diasah (pebbles), sedangkan kecakapan mengasah (proto-neolitikum) rupa-rupanya hasil pengaruh dari ras Mongoloid yang sudah lebih tinggi dari peradabannya.


BATU PEBBLES


PROTO

#demikianlah yang dapat saya bagikan, kurang-lebihnya saya mohon maaf. ^_^ 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar